tut ing ing

tut ing-ing


 Ing ngarsa sung tuladha

- Berarti sikap didepan yaitu sikap pendidik yang terus menerus memberikan petunjuk dan perintah kepada anak.
- Guru harus memberi contoh/ teladan yang diterapkan dalam situasi dimana peserta didik memerlukan contoh.
- Contoh dalam pelaksanaan ing ngarsa sung tuladha, misalnya:
@ melatih anak belajar mandi, berpakaian, berhias, makan, menidurkan
@ member contoh kebersihan, cara duduk, makan, mengatur kamar
@ melatih cara berbicara, membersihkan peralatan makan, tempat tidur
@ menata ruang, lama-lama anak didik akan jalan sendiri.
 Sikap ing ngarsa sung tuladha jangan dilakukan terus menerus karena tidak memberi kesempatan kepada anak untuk berbuat sendiri atas kemampuannya sendiri, ini tidak mendidik. Maka sikap ing ngarsa sung tuladha harus diikuti sikap “ tut wuri handayani” yaitu sikap mengikutii saja terhadap yang dikerjakan anak. Sekali-sekali pendidik cukup memberikan saran-saran saja.
Bagi anak yang masih membutuhkan bantuan atau contoh keberadaan pendidik didepan memang diperlukan. Namun, pendidik harus benar-benar menjadi contoh yang patut ditiru dan diteladani oleh anak.
Ada juga sekelompok anak yang tidak tepat kalau disikapi “ ing ngarsa” maupun “ tut wuri”, melainkan harus disikapi dengan azaz : “ ing madya mangun karsa” yaitu anak-anak yang masih memerlukan dorongan dan bantuan. Mereka InI adalah anak-anak yang taraf perkembangannya sudsah ingin mencoba-coba berbuat dan bekerja sendiri, namun masih belum yakin akan kemampuannya sendiri sehinga diperluikan dorongan dan pengarahan.
Sikap guru TK jelas menunjukkan praktek pendidikan yang dilandasi asas-asas tut ing ing, tergantung dan disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak, macam kegiatan, maupun situasi dan kondisi yang dihadapi.
 Ing madya mangun karsa
Guru ……………….ditengah-tengah siswa member dorongan
- Membangkitkan kemauan belajar, memantau hasil pekerjaan
- Menunggui, mengajak bicara apa yang perlu diselesaikan
- Member contoh ( bila perlu)
- Guru “ maming ajur –ajer” memotivasi, diterpkan dalam situasi diman peserta didik merasa ragu-ragu untuk bertindak atau mengambil keputusan atau kurang bergairah dalam mengerjakan sesuatu.
- Guru wajib mendorong , membangkitkan kemauan anak didiknya untuk terus maju sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing.


Ing madya mangun karsa:
Cocok untuk anak yang mulai ingin mencoba sendiri, namun kalau menemui kesulitan mereka masih butuh bantuan, tapi cukup minta bantuan nasihat-nasihat___ diberi tahu bagiamana cara-cara menyelesaikan tugas. Jadi anak tetap ingin mengerjakan sendiri.

Pendidik seyogyanya bersikap :
1. Menanggapi kesulitan anak
2. Mengajak dialog
3. Member bantuan, merangsang agar semangat belajar
Dalam praktek, guru harus dapat membedakan :
~ anak yang hipernormal : perlu pengayaan
~ anak yang kesulitan belajar : perlu remedial teaching

Dalam kenyataan seluruh siswa dalam satu kelas tentu terdapat/ terbagi menjadi 3 golonggan:
1. Siswa yang pandai ( supernormal)
2. Siswa yang sedang
3. Anak yang kurang
Maka tugas guru sebagai “ konduktor” wajjib berusaha menyelaraskan tingkat kepandaian siswanya yang tidak sama tingkat kemampuannya itu:
a. Yang kelihatan supernormal : diberi pengayaan( enrichment), diangkat jadi tutor
b. Yang kelihatan sedang : ditingkatkan
c. Yang kelihatan kurang : khusus dibutuhkan “ remedial teaching” sesuai DKB ( diagnose keslitan belajar)


 Tut wuri handayani
Sebagai pemimpin/ guru harus berjalan dibelakang anak, tetap mempengaruhi dengan member kesempatan kepada anak untuk berjalan sendiri dalam mengaktualisasikan sendiri seoptimal mungkin dan peserta didik tidak terus menerus dicampuri oleh pendidik.

Guru tetap memberi kebebasan untuk berlatih mencari jalan sendiri, sedang pendidik wajib member koreksi dimana perlu.

Handayani : member kekuatan/ daya kekuatan pada anak agar mantap mengerjakan sesuatu, tidak menyimpang dari cara-cara yang seharusnya ditempuh.

Sikap tut wuri ini diterapkan pada anak/orang yang sudah mampu berdiri sendiri, sudah mampu mengambil keputusan sendiri dan sudah mempunyai “ pilihan hidup” cara-cara hidup sendiri. Pelaksanaannya dapat dimulai dari:

Merangsang- memotivasi- “menyaksikan” dari jauh, jangan hanya “mendoakan” saja.


proses pelaksanaan TUT ING ING dalam PBM

Ing ngarasa sung tuladha :

Guru :
 menerangkan pokok bahasan, menjelaskan matreri pelajaran, menunjukkan alat peraga, member contoh
 menerangkan- menjelaskan dengan menggunakan alat peraga, member cotoh dengan gambar, menulis dipapan tulis
 menyuruh siswa mendengarkan, mengamati, memperhatikan apa yang diterangkan guru
 memberi tugas, melaksanakan pekerjaan, menjawab pertanyaan, menyuruh siwa melakukansesuai tujuanpelajaran/ pokok bahasan.
Siswa :
 Mendengarkan, memmperhatikan, mengamati, mencatat,menirukan, mengikuti apa yang diterngkan guru, menanyakan apa yang belum jelas.
 Melaksanakkan tugas, mengerjakan soal, mencoba menggunakan alat peraga.
 Mencocokkan teori dengan praktik, menirukan contoh yang diberikan guru.

Beri contoh:
• Pelajaran berhitung
• Pelajaran menulis
• Pelajaran membaca
• Pelajaran menggambar
• Pelajaran menyanyi


Ing madya mangun karsa

Guru :
 Menanyakan sudah jelas belum?, mana yan belim jelas, dapat mengerjakan soal tidak?
 Memeriksa siswa secara individual, guru berkeliling mengawasi hasil pekerjaan siswa/ memperbaiki kesalahan
 Memotivasi yang sudah betul, memuji,mendorong maju
 Memotivasi yang belum betul, member semangat
 Membesarkan hati/ jangan kecil hati ( pasti bisa !!!!!)
 Harus mau maju terus, jangan putus asa
Guru turun kanvah manjing ajur-ajer !
 Cek hasil pekerjaan siswa
 Membetulkan yang salah
 Memberitahu cara menyelesaikan tugas
 Member contoh ( bisa secara individual ataun klasikal)
Sikap guru : menunggu, mengajak bicara apa yang akan dikerjakan, memberi motivasi, member contoh cara membetu;lkan sesuatu yang salah.
Mangun karsa : berarti membangun-merangsang-mendorong kemauan siswa agar dapat bekerja sendiri.
Ing madya : disamping, ditengah-tengah, manjing ajur-ajer
 Siswa:
• Menanyakan soal yang belum jelas
• Membetulkan soal yang masih salah
• Melakukan perbaikan/ memperbaiki yang belum tepat jawabannya
• Minta bantuan pada guru untuk remedial
• mengerjakan/ menyelesaikan soal pekerjaan



tut wuri handayani
 guru :
 menyerahkan tugas secara mandiri kepada siswa
 guru cukup mengawasinya
 sekali-kali memantau dari belakang / support
 guru berharap dapat melepas siswa bekerja sendiri, guru mendoakan dari belakang supaya:
• siswa dapat selesai dan betul
• mampu mandiri/ bekerja sendiri
 guru member kekuatan pada anak agar mudah mengerjakan sesuatu, tidak menyimpang dari cara-cara yng seharusnya ditempuh.
Tut wuri handayani : merangsang- memotivasi- “menyaksikan dari jauh”-sampai hanya” mendoakan saja”.
 Siswa :
 bekerja sendiri secara individual/ mandiri
 tidak lagi berbuat kesalahan
 dapat menyelesaikan tugas dengan baik
 sekali-kali dimana siswa masih dapat bertanya kepada guru
sikap “ tut wuri” ini diterapkan pada anak yang sudah mampu berdiri sendiri, sudah mampu mengambil keputusan ssendiri, dan sudah mempunyai “ pilihan hidup”
pelaksanaan dapat dimulai dari:
merangsang-memotivasi- “ menyaksikan” dari jauh sampai hanya “mendoakan” saja.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "tut ing ing"

Posting Komentar