Proses dan Teknik Konseling Psikoanalisis


Teori ini menekankan pada regresi dan resolusi terhadap tahapan perkembangan psikoseksual yang tidak tertangani, keanggotaan kelompok biasanya dibatasi hanya bagi pasien psikiatrik dan individu yang berorientasi terhadap analisis. Praktek psikoanalitik dalam kelompok sangat mungkin diaplikasikan terutama pada kelompok konseling dan psikoterapi.
1.      Proses Konseling
a)      Secara sistematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling dapat diikuti berikut ini :
b)      Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
c)      Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi.
d)     Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya.
e)      Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
f)       Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor. Transferensi adalah apabila klien menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu sehubungan dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan, yang oleh klien dibawa kemasa sekarang dan dilemparkan kepada konselor. Biasanya klien bisa membenci atau mencintai konselor.
g)      Melanjutkan lagi hal-hal resistensi.
h)      Menutup wawancara konseling.

Sedangkan teknik yang digunakan adalah:
1.      Asosiasi Bebas
Teknik ini pada dasarnya dilakukan setelah diadakan wawancara pendahuluan. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik dimasa lalu, yang dikenal dengan sebutan kataris. Kataris hanya menghasilkan peredaan sementara atas pengalaman-pengalaman menyakitkan yang dialami konseli, tidak memainkan peran utama dalam proses treatment psikoanalitik kontemporer; kataruis mendorong konseli untuk menyalurkan sejumlah perasaannya yang terpendam dan karenanya meratakan jalan bagi pencapaian pemahaman. Analisis menafsirkan makna-makna utama dari asosiasi bebas. Tugas analis adalah mengenali bahan yang direpres dan dikurung dalam ketidaksadaran. Penghalangan-penghalangan atau pengacauan-pengacauan oleh konseli terhadap asosiasi-asosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan kecemasan. Tujuan asosiasi bebas dalam konseling kelompok adalah untuk mendorong para klien menjadi lebih bersikap spontan dan membukakan proses-proses yang tidak disadari sehingga mereka memperoleh wawasan yang lebih mengenai psokodinamika dalam dirinya sendiri.

2.      Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut.
Melakukan penafsiran itu ada beberapa butir pedoman yang seyogyanya diperhatikan, yaitu sebagai berikut :
a)      Konseli akan lebih mempertimbangkan penafsiran yang bersifat hepotesis dan bukan menyatakan fakta.
b)      Penafsiran seyogyanya berkenaan dengan materi yang mendekati kesadaran konseli.
c)      Penafsiran itu harus dimulai dari permukaan dan menuju ke arah penafsiran yang lebih mendalam, yaitu mengenai yang mempunyai bobot emosinya yang besar.
d)     Sebaiknya ditunjukkan teelebih dahulu pertahanan diri atau penolakan yang ada pada konseli sebelum menafsirkan perasaan atau konflik yang terdapat dibawah pertahanan diri atau penolakan itu.
3.      Tranferensi
Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan konseli masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia merubah masa kini dan meredukasi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya dan ayahnya. Jadi transferensi merupakan upaya memproyeksikan emosi yang tidak tepat kepada pemimpin atau anggota yang lain.
4.      Analisi Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada konseli pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu isi laten dan isi manifest. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tak disadari. Proses transformasi isi laten mimpi ke dalam isi manifest yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat pada isi manifest laten.
5.      Analisis dan Penafsiran Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien konseli mengemukakan bahan yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebahai dinamika tak sadar yang digunakan oleh konseli sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika konseli menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaannya yang direpresi itu.
6.      Analisis dan Penafsiran Transferensi
Analisis transferensi adalah teknik utama dalam psikoanalisis sebab mendorong konseli untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Analis memungkinkan konseli mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi-fiksasi dan deprivasi-deprivasinya, dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang.

7.      Wawasan dan Penanganan
Wawasan berarti kesadaran akan sebab-sebab dari kesulitan seseorang pada masa kini. Dalam model psikoanalitik wawasan juga berarti kesadaran intelektual dan emosional tentang hubungan antara pengalaman-pengalaman masa lampau dengan masalah masa kini.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Proses dan Teknik Konseling Psikoanalisis"

Posting Komentar